Namaku Ihsan Simanjuntak. Biasa dipanggil sahabatku unta . aku memiliki dua orang sahabat wanita. Mungkin terlihat agak banci. Tapi, itu kenyataan sebenarnya. Annita Dwi Maharani dan Angelica kristiani. Kepercayaan kami bertiga berbeda. Tapi, kami saling menghargai. Aku mengenal mereka waktu aku masih duduk di bangku SD. Mungkin saat itu aku hanya menganggap mereka sebagai teman biasa. Bangku SMP aku duduki. Kami pun berpisah . Aku masuk sekolah khusus Budha. Dan aku dengar bahwa Nita masuk sekolah Islam dan angel masuk sekolah negeri.
Tak terbayang sama sekali bahwa kami akan bersahabat sampai sekarang. Diantara mereka berdua, Angel lah yang paling supel terhadap setiap orang. Dia tidak membeda-bedakan kepercayaan, harta, kepintaran atau pun yang lain. Prinsip Angel adalah “kalau kamu baik sama aku? Yah aku baikkin. Kalau enggak ya udah”. Sebuah prinsip yang unik bukan? Dan mungkin prinsip itu sampai sekarang masih dipakai olehnya. Sedangkan Nita? Dia anak yang agak pendiam. Bisa dikatakan dia tidak mudah bergaul di tempat baru. Berbeda sekali dengan sifat Angel yang dalam waktu singkat dapat memiliki teman baru.
Tak terasa aku sudah menyelesaikan bangku sekolah menengah pertamaku. Dan aku mendapatkan kabar. Bahwa Angel diterima di sebuah sekolah khusus Kristen sedangkan Nita dan aku? Melanjutkan sekolah ke sekolah yang sama. Kalau dipikir-pikir agak lucu. Kami bertiga jadi masuk sekolah swasta semua.
Hari itu teringat jelas. Aku menghabiskan waktuku hanya untuk mengantar jemput adikku sekolah. Karena kebetulan sekolah adikku dan sekolah adik Nita sama. Kami dapat bertemu kembali. Senyum Nita masih sama seperti dulu. Sangat manis bila dipandang oleh mataku.
Suatu hari aku memberi kabar kepada Angel lewat YM. Sebuah chat yang digemari oleh para pemuda saat ini. Aku bercerita kepada Angel. Bahwa aku sering bertemu dengan Nita. Dan entah kenapa tiba-tiba Angel berkata kepadaku “hahahaa…. Jodoh tuh Un, ejie.. emang jodoh gak kemana. wakakakka”. Karna aku sebal membaca hal tersebut aku membalas tulisan Angel. “apa sih Ngel? Lucu lo. Gue kan sama dia beda kepercayaan. Mana mungkin pacaran. Lagian guekan bukan tipe Nita”. Angel pun membalas dengan songongnya. “hahhaa.. dih sapa juga yang bilang kamu harus pacaran? Gak ada.. aku Cuma bilang kalo jodoh mah enggak bakal kemana.lagian semua itu enggak bakal menutup kemungkinan kalo suatu saat nanti kejadian itu bakal menjadi kenyataan”. Ujar Angel pada diriku.
Setelah berjam-jam aku berYM ria dengan Angel. Akhirnya aku memutuskan untuk berhenti. HP punyaku pun berbunyi. Aku melihatnya. Dan ternyata sebuah SMS dari Nita pun terlihat di layar HPku. Entah kenapa saat itu, hatiku amat senang sekali.
Berawal dari sebuah SMS yang di berikan Nita kepadaku. Aku dan Nita jadi sering berSMS. Hingga suatu waktu, aku sedang online dan Angelpun sedang online. Angel pun member sebuah message “kemana aja Un? Kok jarang online? Sombong nih.” Dan aku pun menjawab dengan santai, dan tak tau bahwa akan ditertawakan habis-habisan oleh Angel. “hah.. enggak tuh, biasa aja. Map deh jadi jarang online. Keseringan SMSan ama Nita gue Ngel”. (dengan gambar senyum terselip di akhir titik kalimat itu). Angel pun mulai mengolok-ngolok ku. “HUAHAHHAHHA.. APA? Cie, ENGGAK MENUTUP KEMUNGKINAN JADI KEMUNGKINAN YAK?”. Aku pun menjawab. “apa sih? Gak mungkinlah jadi kemungkinan. Ada-ada aja elo mah. Kita kan udah sahabat 3 taun coy. Kenal udah 6 tahun yang lalu. Lagian kan lo tahu sipat gue kayak apa”. Nita pun hanya menjawab “yah-yah.. whatever do you ask. Biar waktu yang menjawabnya”. Terdengar menakutkan bagiku. Terdengar sebuah do’a yang mengancamku.
Beberapa minggu kemudian Nita pun tak memberikan sebuah kabar kepadaku. Pagi, siang, sore, dan malampun aku menunggu sebuah SMS yang ku harapkan itu dari Nita. Kenyataannya satu SMSpun tak ada yang muncul dari layar HPku. Apa mungkin dia sudah bosen berSMS denganku?
Akhirnya ku sadari aku menyukai Nita. Mungkin benar kata Angel. Semua yang tak mungkin terjadi tidak menutup kemungkinan untuk terjadi suatu saat nanti.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar